Minggu, 24 Oktober 2010

Islam itu Indah

KEINDAHAN Islam tampak pada beberapa pilarnya. Paling tidak, lima pilar utama dapat memandu kita, bagaimana Allah telah menjadikan Islam sebagai ad dien: jalan dan tujuan hidup yang menebar dan memberikan keselamatan bagi seluruh semesta alam.

Pertama, karena tauhid yang melandasinya. Bila kita terus mengulang ucap dan mendalami hakikat syahadat (Asyhadu alaa ilaaha illaallaah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah) kita mendapatkan harmoni hubungan khuluqiyah (penciptaan Allah terhadap manusia dan alam semesta), rububiyah (pemeliharaan Allah atas makhluk-Nya dengan mengutus insan pilihan sebagai utusannya untuk menebar harmoni kehidupan.


Kedua, karena shalat yang ditegakkan. Siapa saja muslim yang menegakkan salat dengan khusyuk akan merasakan, betapa Allah merupakan sumber segala kasih dan sayang: Huwar rahmaanur rahiim

Kedamaian segera mengalir dan terasa, dan dari kedamaian itu manusia mengemban misi kemanusiaan yang utama: melindungi sesama insan dari perbuatan fasik (utamanya ghibah, buhtan, dan fitnah), sesuai dengan prinsip innashshalata tanha anil fahsya'i wal munkar (sesungguhnya salat itu mencegah perbuatan fasik dan munkar). Maksud dari munkar dalam keseluruhan konteks kehidupan manusia adalah mengingkari rahmat, hidayat, dan nikmat Allah. Termasuk di dalamnya perbuatan merusak dan anarkistis.

Ketiga, karena ibadah shaum yang dilaksanakan untuk memenuhi hak Allah yang dimensional, selain berhubungan langsung kepada Allah, juga beresonansi terhadap manusia. Ibadah shaum, khususnya di bulan Ramadan, mendidik dan mengasuh kita untuk mau dan mampu beresonansi. Kemudian secara sadar membangun kesadaran soliditas dan solidaritas insaniah.

Keempat, karena ibadah zakat (termasuk infak dan sedekah) yang amat berdimensi sosial dan menguatkan daya tahan ekonomi umat berdasarkan prinsip keadilan dan kesetaraan, serta berorientasi pada kesejahteraan bersama. Zakat merupakan ibadah berdimensi kesalehan individual dan kesalehan sosial. Di dalamnya terkandung nilai luar biasa tentang tanggung jawab kolektif untuk membangun kesejahteraan umat berbasis gotong royong.

Kelima, karena ibadah haji (termasuk umrah) yang memungkinkan manusia melakukan ikhtiar tanpa henti mengubah kemauan dan menjadi kemampuan, membuka cakrawala hidup manusia secara luas tanpa batas tentang hekikat kehidupan. Kemudian mendidik manusia untuk disiplin, lalu tunduk pasrah menyerah kepada Allah SWT secara paripurna.

Kesemua itu membimbing kita untuk menyadari dengan sepenuh sukma dan raga, bagaimana mesti menjadikan diri kita sebagai bagian dari rahmat Allah terhadap alam dan sesama insan. Mendorong manusia untuk selalu ikhtiar melalui beragam laku muamalah (termasuk bisnis, mencari nafkah, meningkatkan kualitas hidup, dan lainnya). Kemudian, menopang keseluruhan ikhtiar itu dengan akhlak (perangai dan pekerti mulia), mulai dari segala hal yang diatur oleh etika sampai moralitas hidup dan peradaban.

Mudah-mudahan, kita termasuk insan yang merasakan dan mampu menebar keindahan Islam, dan menjadikan Islam sebagai jalan hidup yang indah bagi setiap insan.

by : Aliyudin Sofyan @ Jurnal Nasional

2 komentar:

Persatuan dalam Islam...?

Adalah kenyataan pahit yang tidak bisa dipungkiri jika umat islam pada zaman ini telah berpecah belah dan terkotak-kotak, setiap kelompok me...