Penulis : Tuffah Choiriyyah, Alfia Rachmatika, Fatimah Ahmad, Khoirul Umam, Sidik Purnomo
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Dunia berkembang begitu pesatnya. Segala sesuatu yang semula tidak bisa dikerjakan, mendadak dikejutkan oleh orang lain yang bisa mengerjakan hal tersebut. Agar kita tidak tertinggal dan tidak ditinggalkan oleh era yang berubah cepat, maka kita sadar bahwa pendidikan itu sangat penting.
Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.
Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi terhadap kekacauan ini.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah kesadaran bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira .
Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa hal yang harus mendapat perhatian. Hal tersebbut ialah sisi kognitif, afektif dan psikomotor.
Karena itu dalam proses pembelajaran terdapat berbagai teori yang terbagi sesuai dengan cara pendekatannya terhadap pendidikan. Dan bagi penganut paham teori humanistik, proses belajar berhulu dan bermuara pada manusia. Teori humanistik adalah teori yang mendekati dunia filsafat daripada dunia pendidikan.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian teori belajar humanistik?
2. Siapa saja tokoh-tokoh teori belajar?
3. Bagaimana aplikasi teori belajar tersebut?
III. TUJUAN PENYUSUNAN MAKALAH
1. Agar kita memahami tentang teori belajar humanistik
2. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan teori belajar humanistik dalam pendidikan
3. Untuk menyelesaikan tugas kelompok pada mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN TEORI HUMANISTIK
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Para pendidik yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?
Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.
II. TOKOH-TOKOH TEORI BELAJAR HUMANISTIK
1. Bloom dan Krathwohl
Bloom dan Krathwol menunjukkan apa yang dikuasai dalam tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif dan psikomotor ( seperti yang telah dibahas pada bab pertama). Taksonomi bloom telah berhasil memberi inspirasi terhadap banyak pakar lain untuk megembangkan teori- teori belajar dan pembelajaran. Pada tingkatan yang lebih praktis, taksonomi ini telah banyak membantu praktisi pendidikan untuk merumuskan tujuan-tujuan belajar dalam bahsa yang mudah dipahami, operasional, serta dapat diukur.
2. Kolb
Sementara Kolb membagi tahapan belajar dalam empat tahap:
1) Pengalaman konkrit : tahap paling dini seorang siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu kejadian, ia belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu.
2) Pengalaman aktif dan reflektif : siswa lambat laun mampu mengadakan pengamatan aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.
3) Konseptualisasi : siswa mulai belajar membuat teori tentang hal yang pernah dialaminya. Pada tahap ini siswa diharapkan sudah mampu untuk membuat aturan-aturan umum dari berbagai contoh kejadian yang meskipun tampak berbeda-beda tetapi mempunyai landasan aturan yang sama.
4) Eksperimentasi aktif : pada tahap ini siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru. Dalam dunia matematika, misalnya siswa tidak hanya memahami asal usul sebuah rumus, tetapi ia juga mampu memakai rumus tersebut untuk memecahkan suatu masalahyang belum pernah ia temui sebelumnya.
3. Honey dan Mumford
Berdasarkan teori Kolb, Honey dan Mumfrod menggolongkan siswa atas empat tipe, yakni :
1) Tipe aktivis : mereka yang suka melibatkan diri pada pengalaman – pengalaman baru, cenderung berpikir terbuka dan mudah diajak berdialog. Namun biasanya kurang skeptis terhadap sesuatu, atau identik dengan sikap mudah percaya. Mereka menyukai metode yang mampu mendorong menemukan hal-hal baru.
2) Tipe reflector : cenderung sangat hati – hati mengambil langkah. Dalam proses pengambilan keputusan cenderung konservatif, dalam arti suka menimbang-nimbang secara cermat baik buruknya suatu keputusan.
3) Tipe teoris : biasanya sangat kritis, senang menganalisis dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang bersifat subyektif. Bagi mereka yang berpikir rasional adalah sesuatu yang sangat penting. Mereka juga sangat skeptis dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.
4) Tipe pragmatis : menaruh perhatian besar pada aspek – aspek praktis dalam segala hal. Mereka tidak suka bertele – tele membahas aspek teoritis-filosofis dari sesuatu. Bagi mereka, sesuatu dikatakan ada gunanya dan baik hanya jika bisa dipraktekkan.
4. Habermas
Menurut pandangn Habermas, belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesame manusia. Habermas membagi tiga macam tipe belajar :
1) Belajar teknis : siswa belajar berinteraksi dengan alam sekelilingnya, mereka berusaha mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.
2) Belajar praktis : siswa berinteraksi dengan orang- orang di sekelilingnya. Pemahamannya relevan jika berkaitan dengan kepentingan manusia.
3) Belajar emnsipatoris : siswa berusaha mencapai pemahaman dan kesadaran yang sebaik mungkin tentang perubahan (transformasi) kultural dari suatu lingkungan. Pemahaman ini dianggap sebagai tahap belajar paling tinggi, karena dianggap sebagai tujuan pendidikan yang paling tinggi.
5. Carl Rogers
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar.
Ia mengemukakan, bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas, siswa diharapkan dapat mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sendiri. Dalm konteks tersebut Rogers mengemukakan lima hal penting dalam proses belajar humanistik :
1) Hasrat untuk belajar : hasrat untuk belajar disebabkan adanya hasrat ingin tahu manusia yang terus – menerus terhadap dunia sekelilingnya. Dalam proses mencari jawaban, seorang mengalami aktivitas – aktivitas belajar.
2) Belajar bermakna : seorang yang beraktivitas selalu menimbang – nimbang apakah aktivitas tersebut mempunyai makna dari dirinya. Jika tidak, tentu tidak akan dilakukannya.
3) Belajar tanpa hukuman : belajar yang terbebas dari ancaman hukuman mengakibatkan anak bebas melakukan apa saja, mengadakan eksperimentasi hingga menemukan sendiri sesuatu yang baru.
4) Belajar dengan inisiatif sendiri : menyiratkan tingginya motivasi internal yang dimiliki siswa yang banyak berinisiatif mampu mengarahkan dirinya sendiri, menentukan pilihannya sendiri serta berusaha menimbang sendiri hal yang baik bagi dirinya.
5) Belajar dan perubahan : dunia terus beubah, karena itu siswa harus belajar untuk dapat menghadapi kondisi dan situasi yang terus berubah. Dengan demikian belajar yang hanya sekedar mengingat fakta atau menghapal sesuatu dipandang tak cukup.
6. Abraham Maslow
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kebutuhan fisiologis / dasar : seperti makan dan minum. Yaitu kebutuhan paling dasar.
2) Kebutuhan akan rasa aman dan tentram : rasa seperti terhindar dari kriminalitas, binatang buas, diejek, direndahkan,dan lain sebagainya.
3) Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi : bagaimana rasanya dianggap di komunitas sosialnya.
4) Kebutuhan untuk dihargai : rasa bagaimana dibutuhkan untuk kepercayaan dan tanggung jawab dari orang lain.
5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri : untuk membuktikan dan menunjukkan dirinya terhadap orang lain.
III. APLIKASI TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswa dengan komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori belajar humanisme memiliki ciri khas tersendiri . Teori belajar humanistik berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang perilakunya bukan sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.
Teori : belajar untuk memanusiakan manusia.
Tujuan : menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Metode : mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,jujur , dan positif.
Kekurangan : terlalu memberi kebebasan pada siswa.
Penerapan : materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan.
Guru : memberi motivasi,kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
Siswa : pelaku utama (student center) yang memaknai poses pengalaman belajar sendiri
Evaluasi : diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
B. SARAN
Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Eveline Siregar dkk(2010), Buku Ajar Teori Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : MKDK
Dr. Mulyati, M.Pd, Psikologi Belajar
http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/.../teori-belajar-humanistik.doc
saya menyimak dulu :)
BalasHapusHow to make money off of gambling: 25 tips to make money - Work
BalasHapusThe first of which is 바카라 to get started with betting, or kadangpintar on a sport or game, is to try to make money off of betting. There are various ways หารายได้เสริม to make money, but